Posted by: deddyek | November 3, 2011

Masjid Biru Ath-Thohirin di Ciawi

Mendung kian menggantung di langit. Gelapnya kian menjelma seakan hendak menumpahkan segala isinya. Air yang tercurahkan dari langit sebagai berkah dan karunia untuk manusia. Derap langkah dan laju roda berpadu menyibak kemacetan jalanan di Jl. Raya Sukabumi, Ciawi. Tatkala rintik-rintik hujan mulai turun, tatkala itu pula kumandangan adzan dzuhur terdengar. Panggilan yang terlantunkan bagi muslimin untuk segera memenuhi panggilan ilahi. Untuk menunaikan sholat dzuhur berjamaah.

Pun diriku yang sedang berada di sekitaran tempat tersebut. Melangkahkan kaki menuju tempat di mana adzan itu dikumandangkan. Hingga sampailah di sebuah masjid nan megah yang berada di sana.

Masjid Jami Ath Thohirin atau dikenal sebagai Masjid Biru, siang itu diriku singgah di sana.

Entah sejak kapan masjid tersebut berdiri, namun tentunya kehadirannya di sana, apalagi dengan arsitekturnya yang indah, diharapkan mampu menarik umat muslim di sekitar untuk meramaikannya.

Begitu memasuki gerbang masjid, tampilan nuansa biru langsung terlihat. Semua sisi bangunan didominasi oleh warna langit tersebut. Mungkin karena itulah disebut sebagai Masjid Biru.

Masjid ini memiliki dua buah menara kembar yang tinggi. Bentuknya yang khas timur tengah jelas terlihat di sana. Masing-masing menara memiliki bagian kaki dengan dua tingkat denah segi empat, bagian tubuh berbentuk silinder bertingkat tiga serta bagian atap berbentuk kerucut. Pada masing-masing bagian berhiaskan beragam ornamen seperti tampilan bentuk hexagonal, garis berombak, bentuk belah ketupat, dan lain-lain.

Pada masing-masing menara tersebut terdapat tangga untuk menuju ke ruangan lebih atas.

Teruslah diriku melangkahkan kaki masuk ke halaman masjid. Jalan menuju bangunan masjid kondisinya menurun sesuai dengan kontur tanah yang ada di lokasi tersebut.

Warna biru begitu dominan berpadu dengan warna putih dalam tampilan ornamen yang indah. Bentuk-bentuk lengkungan besar terpampang di sana. Sementara pilar-pilar kokoh berdiri menopangnya.

Di bagian atas bangunan tersebut terdapat lima buah kubah masjid yang berbentuk bawang. Bentuk dan coraknya sama. Hanya ukurannya yang membedakannya. Yang terbesar berada di tengah bangunan, sementara empat lainnya yang lebih kecil berada di keempat sudutnya. Kubah-kubah tersebut berhias beragam ornamen bentuk belah ketupat dengan variasi warna biru muda dan tua.

Di sisi sebelah selatan terdapat ruang wudlu. Tepatnya berada di sebelah menara. Beberapa lengkungan bercorak timur tengah dengan topangan beberapa tiang seakan menyambut di sana. Memasuki tempat wudlu, kesan bersih begitu jelas terlihat.

Setelah berwudlu, diriku melangkah keluar dari ruangan tersebut untuk menuju bangunan ruang sholat. Diriku masuk dari sisi timur.

Sebelum menuju pintu masuk, seperti biasa terdapat ruangan serambi depan. Ruang tersebut yang langsung terhubung dengan serambi samping. Untuk menuju lantai atas dapat melalui tangga yang telah disediakan di sana.

Terdapat beberapa pintu untuk menuju ruang sholat. Ada dua pintu siang itu yang dibuka yaitu untuk jamaah pria dan wanita.

Bersama beberapa jamaah yang lain, diriku melangkah menuju ruang sholat. Kesan pertama yang diriku rasakan adalah kesan luas dan anggun. Luas karena tak adanya tiang-tiang yang menyangga di bagian tengahnya dan anggun karena perpaduan ornamen yang indah dan lembut di setiap sisinya.

Seiring dikumandangkannya iqamad, jamaahpun mulai berdiri dan membentuk barisan sholat. Sekitar dua setengah shof dzuhur itu barisan jamaahnya.

Sholat dzuhur berjamaah telah ditunaikan. Satu per satu jamaah mulai meninggalkan masjid. Sementara itu, mendung kian tebal dan gerimis mulai turun di luar sana.

Sambil menunggu reda, diriku sempatkan untuk melihat-lihat bagian dalam masjid ini.

Ruang sholat masjid ini terdiri dari dua lantai. Lantai dasar dan lantai atas. Ruang sholat lantai atas berada di sisi kiri, kanan dan belakang. Sama seperti masjid-masjid bertingkat pada umumnya. Ruang sholat wanita berada di ruang sholat lantai dasar pada sisi kiri dengan dibatasi oleh sekat-sekat kayu.

Banyak ornamen kaligrafi ayat al-quran menghias di dalamnya. Mulai dari bagian mihrab, dinding dan kubah dalam.

Bagian mihrab berada di tengah sisi depan ruang sholat. Mihrab tersebut memiliki corak khas timur tengah. Warna biru masih begitu dominan di sana. Di bagian atasnya terdapat kaca patri, sementara kaligrafi ayat al-quran ada di bawahnya, berpadu dengan aneka ornamen dan bentuk lengkungan yang ada di dindingnya. Sebagai penerangan sebuah lampu kristal ada di atasnya.

Masih di dekat mihrab, sebuah tangga yang digunakan untuk menuju mimbar tersedia di sana.

Bagian atap dari ruang sholat ini dihias dengan semacam ukiran laksana batik. Di bagian tengahnya, terdapat kubah bagian dalam. Kubah tersebut berbentuk setengah bola dengan kaligrafi ayat-ayat al quran melingkar di bagian dindingnya serta sebuah lampu kristal dipasang ditengahnya.

Setengah jam lebih diriku berada di dalam masjid tersebut. Sementara itu gerimis telah reda meski mendung masih menggantung. Keluar diriku meninggalkan masjid tersebut untuk melanjutkan perjalanan.

====================================================
photo by : deddy
====================================================


Responses

  1. hiks..hiks.. ade gak ikut..

    • 🙂 … kasihan deh ya …
      hmmm… nantilah diajak ke sana ..

  2. Ntar ketemu dngan ane ya, penghuni pndok pesantren masjid biru, syukron

    • insya Alloh jika nanti ada kesempatan singgah di masjid biru.

      • kher, ana tunggu kedatangan nya akhy

  3. saya pernah 2 kali sholat disini….. ternyata kaligrafi masjid ini di tulis oleh guru saya yang di tangerang……


Leave a reply to ayu Cancel reply

Categories