Posted by: deddyek | June 4, 2013

Wisata Malang-Batu-Bromo (Bagian-11) : Berburu Sun Rise di Puncak Penanjakan

Negeri di atas awan begitulah kiranya julukan panorama indah yang terhampar di sana. Setiap kali googling tentangnya, pastilah ditampilkan di sana ratusan bahkan ribuan photo yang seragam, yang menampilkan keindahan alamnya.

Sekilas liputan di media televisi nasional hadir di awal Mei 2013. Tatkala pemimpin negeri ini, Presiden SBY dan rombongannya tengah berwisata di sana. Panorama alam nan indah terlihat hadir menyapa meski dalam ulasan nan singkat di layar.

Dan jika beberapa hari kemudian kami berdua memutuskan untuk datang ke tempat yang sama, hal itu bukan semata terinspirasi oleh liputan tersebut dan juga bukan gara-gara film 4-cm yang meledak di bioskop-bioskop di negeri ini.

Namun, yang membuat kami memilih obyek wisata ini untuk dikunjungi tentu saja karena pesonanya yang memang begitu terkenal hingga ke manca negara. Dan telah jauh-jauh hari kami merencanakan untuk berlibur berdua ke obyek wisata ini.

Dan akhirnya, sebagai bagian dalam pelesiran kami ke wilayah Malang dan Batu, sampai juga kami di obyek wisata ini yakni Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger.

***********************

10 Mei 2013 pukul 23:10 tatkala kami sampai kembali hotel setelah menikmati jalan-jalan di kota Malang. Masih satu jam lebih waktu yang kami miliki sebelum dijemput untuk memulai wisata kami di Bromo. Begitu pikir kami.

Diriku mencoba rebahan di pembaringan berharap bisa terlelap barang sekejap. Sementara itu istri tercinta terlihat sibuk menyiapkan apa-apa yang hendak dibawa dalam perjalanan nanti.

Beberapa saat kemudian terdengarlah bunyi sms masuk. Sambil sedikit terkantuk, kucoba untuk membaca sms itu. Waduh .. ternyata sms tersebut dikirim oleh penyedia paket wisata yang kami pesan. Dan isinya bahwa jadwal penjemputan dimajukan menjadi pukul 23:30 demi mengantisipasi tertahannya rombongan karena membludaknya wisatawan di akhir pekan itu.

Sekejap kantukpun hilang dan kamipun langsung bersiap-siap. Untunglah istri telah me-repacking semua yang akan dibawa.

Telepon di kamar berdering. Suara resepsionis mengabarkan bahwa jemputan telah tiba. Kontan saja, kami langsung turun ke bawah meski dengan sedikit terburu-buru.

Hari itu adalah malam sabtu bertepatan dengan libur panjang di awal Mei 2013. Pada periode liburan seperti itu dapat dipastikan jumlah wisatawan yang datang ke Bromo melonjak tak terkira dan antrian kendaraan yang menuju ke lokasi sering kali menciptakan kemacetan yang cukup parah. Begitu penjelasan Pak Ovan, karyawan penyedia tour ini, yang sekaligus akan menjadi driver selama perjalanan nanti.

Untuk wisata kali ke Bromo ini kami ikut serta dalam rombongan open trip yang diselenggarakan oleh Malang Vacation

Bromo Sun Rise Tour 1D Open Trip menjadi pilihan kami. Biayanya cukup hemat. Hanya sekitar Rp. 300.000 per orang. Transportasi dari hotel, tiket masuk obyek wisata hingga jeep yang digunakan nanti sudah masuk dalam paket ini. Untuk lebih detil bisa dilihat di http://wisatabromomalang.com.

Singkat cerita kami telah berada di dalam mobil APV yang akan membawa kami menuju Pos Wonokitri. Selain kami berdua ada tiga orang lainnya yang ada di dalam APV ini. Menurut informasi, jumlah total peserta hari ini ada sekitar tigapuluhan orang.

Mobil yang kami tumpangi terus melaju kencang menyusuri jalan-jalan di kota Malang dan kota-kota lainnya yang dilewati seakan berkejaran dengan waktu.

Dua sampai tiga jam waktu yang ditempuh menuju lokasi. Tidur adalah aktifitas yang tepat untuk dilakukan supaya kondisi badan fit tatkala memulai wisata di sana. Tatkala hampir semua penumpang tertidur, aku malah tidak bisa memejamkan mata. Secara fisik sudah sangat ingin istirahat, namun mata ini tak mau berhenti memandangi panorama malam jalanan menuju lokasi lewat kaca jendela.

Kendaraan terus melaju meninggalkan wilayah perkotaan dan mulai memasuki wilayah hutan. Jalan yang relatif lurus berubah menjadi jalanan yang berkelok-kelok. Keramaian mulai terlihat di sana. Mobil-mobil terlihat memacu rodanya bersama mobil yang kami naiki. Seperti beriringan semuanya melaju menuju satu tujuan.

11 Mei 2013 pukul 02:00 tepat, sampailah kami di Pos Wonokitri. Dinginnya udara seakan menyambut kami. Balutan jaket, topi gunung, slayer dan sarung tangan seakan tidak mampu melawannya.

**
     

Seakan mengerti kondisi kami, beberapa orang mendatangi kami untuk menawarkan penyewaan jaket atau beberapa perlengkapan lainnya untuk dibeli.

Karena kami merasa masih mampu untuk bertahan di suhu seperti ini, kamipun tidak membelinya. Kami justru hendak mencoba beradaptasi dengan dinginnya udara seperti ini.

Kami melangkah ke segenap area yang berada di Pos Wonokitri. Selain untuk sekedar melihat-lihat, kami juga bermaksud menghilangkan dingin di badan dengan terus begerak. Terlihat di pandangan kami, tak henti-hentinya kendaraan datang untuk memenuhi area parkiran yang ada. Ratusan orang terlihat bertebaran di sana. Dan entah berapa ratus lagi yang telah diberangkatkan ke Penanjakan atau yang baru akan datang ke pos ini.

**
     
**
     

Untuk menghangatkan badan, kami beranjak menuju deretan warung yang ada di sekitar Pos Wonokitri. Menikmati segelas kopi susu serta semangkuk mie hangat sepertinya cukup nikmat. Beberapa wisatawan terlihat duduk di bangku-bangku serta kursi yanga ada. Begitulah pemadangan yang khas ditemui tatkala menunggu keberangkatan ke Puncak Penanjakan.

Begitu banyaknya wisatawan yang datang saat itu, benar-benar menghadirkan permasalahan bagi beberapa rombongan. Jumlah jeep yang biasanya akan digunakan tidak mampu melayani begitu banyaknya wisatawan. Dan rombongan kamipun, termasuk salah satu yang tidak bisa mendapatkan jeep.

Pukul 02:30 telah lewat, sementara kami masih belum mendapatkan jeep. Akhirnya, demi bisa menjangkau Penanjakan lebih cepat dan supaya bisa mendapatkan tempat parkir kendaraan yang lebih dekat ke Puncak Penanjakan, kendaraan APV menjadi transportasi kami menuju ke lokasi tersebut. Meski secara aturan yang dibuat komunitas lokal di sana, hanya jeep yang boleh naik, namun berhubung tak ada lagi jeep yang tersedia, maka jadilah kendaraan yang kami naiki dan juga kendaraan-kendaraan lainnya bergerak menuju Penanjakan.

Perjalanan menuju Penanjakan membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Kami berharap tidak ada kemacetan yang berarti tatkala sampai di atas sehingga kami tidak perlu berjalan terlalu jauh untuk menuju Puncak Penanjakan.

Jalanan nan berliku dilahap habis oleh kendaraan. Pak Ovan benar-benar cekatan dalam mengendarai kendaraan tersebut. Sering kali di tikungan atau jalan yang sempit berpapasanlah dua kendaraan dari arah yang berbeda. Mobil yang kami naiki terus melaju cepat. Kami yang di dalam mobil hanya bisa menikmati perjalanan itu tanpa tahu apa yang ada di sisi kiri dan kanan dari jalan yang dilalui.

Pukul 3:10 pagi sampailah kami di Penanjakan. Alhamdulillah, kami mendapatkan lokasi parkir kendaraan yang agak ke depan. Berhubung waktu untuk menikmati Sun Rise masih lama, kami sempatkan sejenak untuk jalan-jalan. Warung-warung yang berada di sekitar lokasi tersebut menjadi sasaran kami. Kembali segelas kopi susu dan beberapa makanan ringan menjadi teman kami menghabiskan waktu. Dinginnya udara yang menyergap, membuat panasnya minuman yang kami pesan tak begitu terasa.

Waktu demi waktu berlalu. Wisatawan yang datang semakin banyak. Jeep-jeep serta kendaraan lainnya terlihat telah memenuhi jalan. Entah berapa panjang kendaraan yang berparkir di lokasi tersebut.

**
     

Pukul 04:00 kami putuskan untuk naik ke Puncak Penanjakan. Berbaur bersama ribuan orang, kami melangkah perlahan menyusuri jalanan yang menanjak. Semakin jauh ke atas, nafas terasa begitu berat. Oksigen yang ada seakan tipis hingga tak cukup untuk dihirup oleh mereka semua yang berkumpul di sana.

**
     

Semakin ke atas keramaian semakin terlihat jelas. Beberapa warung yang berada di sisi kiri maupun kanan jalan penuh dengan wisatawan. Sementara itu para penjual makanan khas daerah dingin terlihat rapi berjejer di sepanjang jalan. Jagung bakar, pisang rebus, dan lain-lain hadir untuk mengisi energi mereka yang membelinya.

Beberapa saat kemudian sampailah kami di Gapura Penanjakan. Perjalanan dari bawah ke atas ini ternyata mampu sedikit menghangatkan badan.

Sementara wisatawan lainnya naik ke atas untuk mencari tempat-tempat strategis pengambilan gambar, kami putuskan untuk beristirahat sejenak di dekat Gapura sambil menunggu waktu shubuh tiba.

Kumandang azan mulai terdengar pertanda waktunya menunaikan ibadah sholat. Sebuah balai kecil yang ada di sisi jalan berubah menjadi mushola. Karena ukurannya yang kecil, maka secara bergantianlah kami sholat di sana. Berhubung air yang ada di sana sangat terbatas, kami putuskan untuk bertayamum.

Tibalah giliran kami untuk sholat. Sajadah yang sengaja kami bawa, kami gelar di lantai balai tersebut. Dinginnya udara kian terasa. Apalagi tatkala anggota tubuh kami bersentuhan dengan lantai. Mak nyessss …

Pukul 4:40 pagi, kami beranjak menuju Puncak Penanjakan. Sebuah lokasi laksana gardu pandang untuk menikmati alam sekitar dari ketinggian. Kepadatan di lokasi terlihat begitu luar biasa. Hampir tak ada tempat yang longgar di sana. Dinginnya udara tak begitu terasa tatkala ribuan orang berkumpul di satu area.

**
     

Segaris benang putih terlihat hadir diufuk. Bersamaan dengan itu keriuhan kian menjadi. Kilaun blits seolah tiada henti untuk mengabadikannya.

Karena tak bisa mendapatkan tempat yang bagus untuk mengambil moment tersebut, maka kami berdayagunakan tripod yang kami miliki. Setelah mengeset kamera supaya dapat men-jepret sendiri, kami letakkan kamera pada tripod untuk kemudian kami angkat tinggi-tinggi. Kami hanya asal saja mengarahkan kamera kami. Jika hasilnya kurang memuaskan tinggal geser arahnya saja. Dan trik itupula yang dipakai oleh ratusan orang lainnya.

**
     
**
     

Masih cukup lama waktu matahari terbit di ufuk timur. Kami lantas beranjak menyibak begitu banyak orang untuk berpindah ke sisi lainnya.

Tampilan hamparan lembah Bromo dengan Gunung Batoknya menjadi obyek yang menarik bagi para wisatawan untuk diambil gambarnya. Perlahan kami beranjak mencari lokasi yang pas untuk membidiknya.

Indah sekali pemandangannya. Lembah luas yang berada di bawah berhiaskan gunung-gunung yang tegak kokoh, terlihat diselimuti oleh awan putih yang terhampar. Takjublah kami akan keindahan ciptaan Alloh Ta’ala. Dan kami saat itu laksana berada di atas awan. Subhanalloh.

**
     
**
     

Menjelang matahari terbit, kami bergerak menuju lokasi yang berbeda. Tak beda jauh lokasi semula, lokasi ini juga tak kalah sesak dengan wisatawan.

Kami berusaha untuk mendapatkan tempat yang lebih tinggi. Setelah mengeset kamera, kami angkatlah tinggi-tinggi tripod .. dan selanjutnya kamera yang di atas bekerja sendiri menangkap panorama yang ada di depannya.

Dan yang diburupun tiba. Matahari pagi terbit diufuk timur dengan indahnya. Cuaca yang lumayan bagus ini, benar-benar menampilkan panorama luar biasa.

**
     
**
     

Maha Suci Alloh yang telah mengedarkan matahari dan mempertukarkan siang dan malam. Sudah selayaklah kami tunduk takut kepada-Mu.

Mentari pagi telah terbit dan sinarnya mulai menyebar ke penjuru semesta. Gelap temaram perlahan berubah menjadi terang. Perlahan-lahan satu demi satu wisatawan mulai meninggalkan lokasi tersebut. Kami yang masih berada di sana, serasa lebih mudahnya bergerak untuk mencari spot-spot menarik untuk dibidik. Berikut beberapa gambar yang sempat kami abadikan.

**
     
**
     
**
     
**
     

Sinar mentari kian hangat terasa dan dinginnya udara perlahanpun sinar. Di bangku-bangku yang tertata di lokasi, kami sempatkan istirahat sejenak untuk menikmati minuman dan makanan yang telah kami bawa. Beberapa orang datang menghampiri kami sambil menawarkan bunga edelweis. Untung kenang-kenangan begitu katanya. Kami hanya diam saja sambil memandangi bunga yang indah itu. Ingin sebenarnya membawanya ke rumah. Namun, itu berarti sama saja dengan melegalkan pembabatan bunga edelweis yang dilindungi kelestariannya.

Tak begitu sesaknya lokasi tersebut, menjadikan kami antusias untuk berjalan-jalan di sekelilingnya. Sebuah peta yang menggambarkan apa saja yang bisa dilihat di Puncak Penanjakan hadir di sana. Sehingga kami bisa mengetahui deskripsi dari apa yang kami telah lihat sebelumnya.

Pagi itu benar-benar terasa menyegarkan. Sejuknya udara yang berhembus menyatu dengan hangatnya mentari. Semangat kami serasa kembali hadir untuk melanjutkan perjalanan di hari ini.

Puas berada di atas, kami putuskan untuk turun menuju area parkir dengan menyusuri jalan yang sama saat kami naik. Masih kami jumpai beberapa orang yang baru datang untuk menikmati Puncak Penanjakan. Hingga jalan yang tak begitu besar itu, tetap ramai dengan lalu lalang orang pagi itu.

**
     

Aktifitas sarapan pagi menjadi yang jamak terlihat kala itu. Hampir semua warung penuh dengan para wisatawan. Terutama warung-warung yang menyediakan fasilitas toilet di dalamnya.

**
     

Dalam perjalanan ke bawah, kami mendapati panorama alam yang begitu indah yang berada pada sisi lain dari Puncak Penanjakan ini. Tak kalah dengan panorama yang kami dapati sebelumnya.

**
     
**
     

Akhirnya sampai juga kami di bawah. Nampaknya kami telah dinanti oleh rombongan satu mobil. Sebelum ke mobil, kami singgah sebentar ke toilet umum yang ada di sana. Dan selanjutnya bergambung di mobil bersama rombongan lainnya untuk meneruskan perjalanan.

**
     

Bagi mereka yang mendapatkan jeep, biasanya akan langsung meluncur menuju spot berikutnya yaitu Kawah Bromo, Pasir Berbisik dan Savanah. Berhubung kami belum mendapatkan jeep, maka kami mesti kembali ke Pos Wonokitri.

Seperti yang sudah diperhitungkan, antrian panjang kendaraan tampak jelas di sana. Mungkin lebih dari 5 km antrian tersebut. Begitu banyak orang yang terus berjalan kaki jauh ke bawah untuk mencapai lokasi di mana jeep atau kendaraan yang mereka tumpangi berhenti.

Perlahan sekali mobil yang naiki bergerak. Parkiran kendaraan yang tidak teratur sepertinya menjadi penyebab itu semua. Hampir satu jam kami dalam antrian tersebut.

**
     

Setelah lepas dari kemacetan, mobil melaju cepat menyusuri jalan yang di kanan kirinya jurang dan tebing. Di sebuah lokasi kami berhenti sejenak.

**
     
**
     

Entah apa nama lokasi tersebut, namun yang pasti dari tempat inilah tampilan lembah Bromo paling indah terlihat.

**
     
**
     

Kami tak lama berada di sana. Dan berikutnya melajulah kami di dalam mobil yang kami tumpangi kembali ke Pos Wonokitri. Wow .. benar-benar perjalanan yang mengesankan bagi kami berdua selama di Puncak Penanjakan.

Laksana sepasang kekasih yang dimabuk asmara, kami nikmati kebersamaan kami di sana. Laksana awan yang menyelimuti lembah Bromo, maka hadirlah kegembiraan, keceriaan, kebahagiaan dan rasa cinta menyelimuti hati kami. Alhamdulillah .. 🙂

====================================================
photo by : deddy
====================================================

bersambung …


Responses

  1. Trip reportnya sangat lengkap sekali, didukung dokumentasi foto2 yang sangat indah. Two Thumb up untuk anda..

    • Terima kasih atas commentnya 🙂

  2. Supaya wisata bromo menjadi murah harus memilih paket join tour atau open trip

  3. Setuju dengan komen diatas saya

  4. Subhanallah..sungguh ciptaan yang sangat indah, melihat melalui gambar saja sudah kelihatan betapa indahnya.

  5. untuk open trip yang anda ikuti ada kontaknya ga yah? link yang dikasih sudah tidak bs dibuka.. tirimakasih

  6. menarik sekali untuk dijelajahi

  7. tungu tanggal mainnya insyaallah saya pasti sampai ke sini

  8. asek… kapan ya aku kesana lagi??

  9. Di bilang beautifull karena memang Wisata Gunung Bromo memang sangat luar biasa.

  10. sangat bagus sekali.

  11. Indah nian panoramanya,,Kuasa Allah sebagai pencipta


Leave a comment

Categories